Prioritas Kebijakan Pendidikan Nasional

Anak-anak SD mengisi waktu selesai pekan dengan bermain sambil mencar ilmu di Taman Literasi Christina Martha Tiahahu, Blok M Jakarta Selatan lewat Program Negeri di Awan.
Edukasi literasi luar ruang di Taman Literasi Blok M, Jakarta Selatan (Foto: Dok. OJK)

Jakarta

Bangsa yg hancur yakni bangsa yg tidak membaca. Literasi ialah fondasi bagi pertumbuhan suatu negara, dan dikala budaya membaca tidak menjadi bab dari kehidupan sehari-hari masyarakat, aneka jenis sektor kehidupan akan mengalami kemunduran. Tidak cuma besar lengan berkuasa pada kesanggupan berpikir kritis individu, rendahnya tingkat literasi juga berpengaruh pada mutu ekonomi, politik, sosial, dan budaya bangsa.

Sejarah telah berbincang bahwa negara-negara yg menempatkan pendidikan dan budaya membaca selaku prioritas utama condong memiliki tingkat kemakmuran yg lebih baik dan stabilitas yang lebih kuat. Tingkat literasi sungguh besar lengan berkuasa kepada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Data UNESCO berbincang bahwa kenaikan literasi sebesar 1% sanggup mengembangkan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara sampai 1,5%.

Advertisement

Negara-negara maju seumpama Finlandia, Jepang, dan Jerman telah menempatkan literasi selaku salah satu pilar utama kebijakan pendidikan mereka. Masyarakat di negara-negara ini tidak hanya memiliki tingkat pendidikan yg tinggi, tetapi juga kesanggupan buat menguasai teknologi, berinovasi, dan berkompetisi di pasar global. Sebaliknya, negara-negara dengan tingkat literasi rendah tidak jarang terjebak dalam bundar kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yg menyibukkan dipecahkan.

Sulit Beradaptasi

Rendahnya kesanggupan membaca dan mengerti keterangan membuat penduduk sulit menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, sehingga potensi mereka tidak sanggup meningkat secara maksimal. Tidak hanya ekonomi, literasi juga memainkan tugas penting dalam kehidupan politik. Masyarakat dengan kesanggupan literasi yang rendah condong lebih gampang dimanipulasi oleh keterangan yang menyesatkan, seumpama keterangan imitasi atau propaganda politik.

Tanpa kesanggupan berpikir kritis dan menganalisis keterangan secara mendalam, penduduk rentan terjebak dalam wacana populis atau bahkan menjadi korban dari kepentingan kelompok yang tidak bertanggung jawab. Data dari World Bank berbincang bahwa negara-negara dengan tingkat literasi tinggi, seumpama Norwegia dan Swedia, memiliki mutu demokrasi yang bagus serta partisipasi politik yg tinggi. Sebaliknya, negara-negara dengan tingkat literasi rendah tidak jarang menghadapi dilema demokrasi yg lemah dan tingkat partisipasi pemilu yg rendah, yg berakibat pada rendahnya mutu pemerintahan dan kebijakan publik yang tidak efektif.

Lebih jauh lagi, literasi memegang peranan krusial dalam pengembangan mutu sumber daya insan (SDM). Berdasarkan laporan dari Program for International Student Assessment (PISA), negara-negara dengan tingkat literasi rendah berbincang hasil yg kurang bikin puas dalam tes PISA. Hal ini merefleksikan lemahnya kesanggupan siswa dalam mengerti teks serta berpikir kritis, yang berimplikasi pada kurangnya kemampuan dasar yg dibutuhkan di pasar tenaga kerja.

Pada abad revolusi industri 4.0, kesanggupan membaca dan mengerti keterangan secara cepat dan akurat sungguh utama bagi menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan pasar yang makin dinamis. Selain itu, literasi juga menjadi komponen utama dalam mempertahankan ketahanan budaya dan Pendidikan Nasional. Budaya suatu bangsa sanggup terancam punah kalau masyarakatnya tidak punya Norma membaca dan mencar ilmu wacana sejarah serta warisan budaya mereka.

Ketika literasi rendah, penduduk condong melalaikan akar budaya dan nilai-nilai tradisional yg membentuk identitas mereka. Hal ini membuka ruang bagi budaya abnormal buat mendominasi dan melemahkan jati diri bangsa. Karya sastra, buku sejarah, dan aneka jenis literatur yg yang lain ialah medium utama buat mentransmisikan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tanpa minat baca yang kuat, warisan budaya ini mulai terkikis, dan generasi muda mulai kehilangan koneksi dengan sejarah serta identitas nasional mereka.

Baca Juga : Prabowo Kirim Tni Ikut Defile Hari Nasional India

Prioritas dalam Kebijakan

Upaya untuk mengembangkan literasi mesti ditangani dengan serius dan berkelanjutan. Pemerintah perlu membuat literasi selaku prioritas dalam kebijakan pendidikan nasional, tergolong memperkuat infrastruktur seumpama perpustakaan dan taman bacaan masyarakat, serta menawarkan susukan kepada buku dan materi bacaan berkualitas. Gerakan literasi nasional perlu terus digalakkan, tidak cuma lewat kesibukan di sekolah, tetapi juga melibatkan komunitas dan kampanye di media sosial.

Dukungan kepada para penulis dan penerbit setempat juga utama untuk memperkaya literatur yg sanggup diakses oleh masyarakat. Pada abad digital, penyediaan buku elektronik dan kenaikan literasi digital mulai membantu meraih lebih banyak pembaca, utamanya di kelompok generasi muda yang lebih bersahabat dengan teknologi.

Kesimpulannya, bangsa yang tidak membaca yakni bangsa yg kehilangan masa depan. Literasi bukan hanya wacana kesanggupan membaca dan menulis, tapi juga meliputi kesanggupan berpikir kritis, mengerti informasi, dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Tanpa literasi yang baik, suatu bangsa mulai kesusahan bagi meraih pertumbuhan dan kesejahteraan.

Membangun budaya membaca yakni upaya buat menentukan bahwa masa depan bangsa dipenuhi dengan kesempatan dan harapan, bukan ketidakpastian dan kehancuran. Literasi mesti menjadi fondasi yang kuat dalam membangun bangsa yang kuat, mandiri, dan berdaya saing di Pendidikan Nasional.

 

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Tanggal 28 Oktober Memperingati Apa? Ada Hari Sumpah Perjaka Ke-96 Tahun

Next Post

Deputi Setjen MPR Ajak Berperan Dalam Pembangunan Nasional

Advertisement