Menimbang Potensi Reformasi Cobaan Ujian Nasional

40.947 siswa dari 379 SMP/MTs di Surabaya menjalani Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)Foto: Istimewa

Jakarta – Ketika Ujian Nasional (UN) dihapuskan bertahun-tahun lalu, banyak pihak merasa lega. Mengakhiri cobaan yg selama ini menjadi momok bagi siswa dianggap selaku langkah progresif menuju metode pendidikan yang lebih manusiawi dan holistik. Namun, ide buat mengembalikan UN sekarang mulai timbul kembali, hal ini dipicu oleh salah seorang konten kreator yg mengatakan bahwa setelah UN dihapus, kampus-kampus di Belanda tak lagi gampang menemukan siswa Indonesia bagi melanjutkan studi S1 di Belanda dan juga kritik keras Mantan wapres Jusuf Kalla wacana menurunnya mutu pendidikan Indonesia yg katanya salah satunya akhir UN dihapus.

Hal ini menyebabkan perdebatan apakah inspirasi tersebut betul-betul “langkah mundur atau malah potensial menjadi penyelesaian bagi sejumlah duduk kendala pendidikan di Indonesia. Untuk mengetahui lebih jauh, penting meninjau banyak sekali perspektif dan fakta yg menyertai kedua segi argumen.

Masalah Mendasar

Advertisement

Dihapuskannya UN intinya dilandasi oleh beberapa duduk kendala mendasar. Kritik kepada Ujian Nasional meliputi tekanan psikologis yang tinggi pada siswa, dengan banyak di antara mereka merasa bahwa hasil cobaan tersebut akan menyeleksi masa depan mereka. Hal ini mempunyai pengaruh pada meningkatnya kecemasan dan stres di kelompok pelajar, yg pada gilirannya bisa menurunkan motivasi belajar. Selain itu, UN tidak jarang dianggap tidak merefleksikan kesanggupan siswa secara komprehensif alasannya hanya menganggap faktor kognitif semata, sementara kemampuan yang lain menyerupai berpikir kritis, kreativitas, dan nilai-nilai abjad tidak ikut dievaluasi.

Ketika UN dihentikan, pemerintah mengubahnya dengan asesmen kompetensi minimum yang lebih fleksibel dan berorientasi pada kesanggupan berpikir kritis. Namun, sejumlah kelompok beropini bahwa tanpa adanya tolok ukur yang seragam dan persyaratan nasional yang jelas, mutu pendidikan menjadi sulit diukur secara objektif. Ada cemas bahwa persyaratan pendidikan di banyak sekali tempat akan kian bervariasi, bikin kesenjangan dalam pencapaian siswa di segala negeri. Hal ini khususnya berlaku di Indonesia, di mana disparitas antara sekolah di perkotaan dan pedesaan sungguh mencolok.

Menghidupkan kembali Ujian Nasional dengan desain yg lebih terbaru dan berhubungan sanggup membantu bikin persyaratan pendidikan yang seragam dan memadai. Pengalaman dari negara-negara lain menyerupai Singapura dan Korea Selatan menampilkan bahwa cobaan persyaratan masih sanggup menjadi alat yang efektif bagi memajukan mutu pendidikan, selama pelaksanaannya dilaksanakan dengan cara yg tepat.

Di Singapura, misalnya, cobaan persyaratan diintegrasikan dengan penilaian berkesinambungan dan acara pembelajaran yang dirancang untuk membangun kemampuan yg diperlukan dalam kehidupan nyata. Sementara itu, di Korea Selatan, walaupun cobaan persyaratan membuat stres tinggi, keberadaannya dibarengi dengan kebijakan santunan yg besar lengan berkuasa bagi siswa.

 

Namun, untuk bikin UN berhubungan pada masa modern, diperlukan reformasi menyeluruh. Salah satu pendekatan yang dapat diperhitungkan yaitu penggunaan teknologi buat memperkenalkan cobaan berbasis komputer yang adaptif. Sistem ini bisa menyesuaikan diri tingkat kesusahan soal sesuai kesanggupan siswa, sehingga setiap individu sanggup dievaluasi menurut potensi dan perkembangannya masing-masing. Di beberapa negara maju, metode ini telah terbukti bisa meminimalisir stres cobaan dan menyediakan hasil yg lebih akurat dalam menganggap kesanggupan siswa.

Di segi yang lain, fakta menampilkan bahwa UN pernah menjadi faktor penyebab ketidakadilan di antara siswa dengan latar belakang berbeda. Siswa yg berasal dari sekolah-sekolah dengan akomodasi minim, khususnya di tempat terpencil, sering kalah berkompetisi dengan mereka yg mempunyai susukan ke tutorial berguru dan akomodasi pendidikan yang lebih baik. Jika UN dihidupkan kembali tanpa memperhatikan faktor-faktor ini, maka risiko memperbesar kesenjangan pendidikan mulai sungguh nyata.

Oleh alasannya itu, setiap rencana bagi mengembalikan UN mesti meliputi upaya untuk memperbaiki akomodasi pendidikan secara merata, menentukan bahwa semua siswa mempunyai peluang yang serupa buat berhasil.

Desain Baru

Bagi sebagian orang, ide bagi kembali ke UN mungkin terasa selaku langkah mundur yg menggugah tertekan berat masa lalu. Namun, bagi yang yang lain, ini merupakan peluang untuk memperbaiki kelemahan yg ada dan bikin metode pendidikan yg lebih besar lengan berkuasa dan adil. Kuncinya terletak pada bagaimana desain gres UN dirancang biar lebih inklusif dan bisa mengecek beraneka ragam faktor kesanggupan siswa. Misalnya, penilaian tidak hanya berbasis soal pilihan ganda, tapi juga meliputi proyek, presentasi, atau portofolio yg sanggup menampilkan aplikasi simpel dari wawasan yang dimiliki siswa.

Dari perspektif global, banyak sekali studi menampilkan bahwa penilaian berbasis cobaan persyaratan masih menjadi alat yg penting dalam pendidikan. Program for International Student Assessment (PISA), yg sering digunakan buat mengukur mutu pendidikan sebuah negara, menampilkan bahwa negara-negara dengan kinerja pendidikan tinggi umumnya mempunyai metode penilaian persyaratan yang kuat. Data ini sanggup menjadi argumen yg mendukung pengembalian UN, dengan catatan bahwa metode evaluasinya mesti dikembangkan biar lebih responsif kepada keperluan siswa dan dinamis kepada pergeseran zaman.

Akhirnya, apakah mengembalikan UN merupakan inspirasi yg gila atau bukan, tergantung pada bagaimana kalian menyaksikan potensi reformasi yang menyertainya. UN model usang mungkin telah gagal, tapi model gres dengan pendekatan yang lebih terbaru dan beraneka ragam bisa jadi yaitu apa yang diperlukan untuk menangani tantangan pendidikan di ketika ini. Yang jelas, ide ini membutuhkan kajian yg mendalam serta keterbukaan untuk mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara lain sambil tetap menyesuaikan dengan konteks Indonesia.

 

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Eks Menag Gus Yaqut Pimpin Institute For Humanitarian Islam

Next Post

Tarif Masuk Taman Nasional Kerinci Seblat Modern 2024

Advertisement