Jakarta – Nilai tukar Rupiah Melemah ditekan dolar AS. Levelnya mendekati Rp 17.000 setelah Presiden AS memberi tahu kebijakan tarif resiprokal kepada ratusan negara.
Pelemahan rupiah ini dibahas di banyak sekali media asing. Dikutip detikFinance, The Economic Times melaporkan jatuhnya nilai tukar Rupiah Melemah dolar sebesar 1,8% ke rekor paling rendah pada jual beli Selasa (8/4).
“Rupiah anjlok sampai level paling rendah 16.850 per dolar, melebihi kemerosotan di saat Krisis Keuangan Asia ke level terlemah sepanjang sejarah,” tulis The Economic Times menurut data LSEG.
Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral diberitakan sudah dan akan terus mengerjakan banyak sekali intervensi bernafsu di pasar valuta absurd spot, domestic non-deliverable forward (NDF) dan obligasi, serta di pasar NDF luar negeri. Hal ini guna menstabilkan rupiah.
“Namun beberapa analis memperkirakan penurunan lebih lanjut, bahkan di saat bursa saham merubah hukum jual beli untuk menangkal aksi jual,” terperinci media yang berbasis di Inggris tersebut.
Dari negara tetangga Singapura, Channel News Asia (CNA) melaporkan bahwa nilai Rupiah Melemah kepada dolar ambruk tak usang setelah pembukaan pasar usai libur panjang. Ambruknya rupiah ini disebut imbas penetapan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Rupiah anjlok 1,8% ke rekor paling rendah seiring dibukanya kembali pasar setelah libur panjang dan bereaksi kepada gejolak pasar global yang disebabkan tarif AS,” tulis CNA.
Baca Juga : Menteri Prabowo Kumpul Diskusikan Koperasi Merah Putih, Mau Bikin Satgas Khusus
“Pasar Indonesia dibuka kembali pada hari Selasa untuk pertama kalinya sejak penutupan pada 27 Maret, dan mengikuti pergerakan pasar global menyusul pengumuman tarif AS ahad lalu, yang meliputi rencana tarif sebesar 32% pada produk Indonesia,” sambungnya.
Kemudian ada Al-Jazeera yang mengabarkan penurunan nilai tukar rupiah sebesar 8% sejak Prabowo Subianto dilantik menjadi presiden. Menurut media ini, nilai tukar rupiah kepada dolar AS berada pada posisi paling rendah sepanjang sejarah. Mereka juga menulis bahwa penurunan rupiah terjadi sejak sebelum Donald Trump memberi tahu kebijakan tarif impor.
“Meskipun rupiah sudah terpukul oleh ketidakpastian pasar yang berasal dari tarif impor yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump, penurunan nilai tukar mata duit tersebut dimulai beberapa ahad sebelum pengumuman,” papar Al-Jazeera.
Penurunan nilai tukar rupiah ini disebut merefleksikan kembali peristiwa jatuhnya mata duit tersebut pada 1998. Peristiwa tersebut menyebabkan krisis keuangan yang juga menuntaskan pemerintahan Presiden Soeharto selama 3 dekade.
