
Jakarta -Seorang mantan Piawai Keuangan menegaskan berdagang ramen di apartemen. Bermodal dapur di kamar dan ember, mantan staf keuangan ini jualan ramen dengan cara unik.
Mengutip dari detikFood, andal keuangan berjulukan Christopher Selig yang dilaporkan oleh Inside Edition, menjajal peruntungan dari jendela kamar apartemennya. Selig mengaku dirinya terinspirasi dari suatu kedai makanan di Jepang yang pernah ditemuinya.
Selig mempergunakan apartemennya yang sempit untuk membangun mesin-mesin pembuat mie ramen sekaligus dapur sederhana untuk mengolah masakan kaldu ramennya. Berlokasi di Berlin, Jerman, saban hari ada saja orang-orang akan menanti di bawah jendelanya untuk berbelanja ramen buatannya.
Baca Juga : Hari Besar Nasional-Internasional Oktober 2024, Lengkap Daftar Tanggal Merah
Tetapi cara memesan ramen di sini terlalu unik. Mereka yang akan berbelanja ramen mesti menanti suatu bejana diturunkan oleh Selig dan menangkapnya. Ember tersebut digunakan untuk mengirim sepaket ramen yang sudah komplet.
Selig mengaku peruntungannya di dunia kuliner sudah dicoba sejak era pandemi sekitar 3 tahun silam. Ternyata banyak orang yang meminati ramennya sehingga ia nekat untuk lebih serius dalam mengerjakan bisnisnya.
Selig mulanya tidak cuma melakoni bisnis ini saja. Dirinya, sebelumnya, yakni seorang staf keuangan dari salah satu perusahaan di Jerman. Usai menyaksikan usahanya digemari dengan tinggi ia jadinya nekat untuk melepaskan karir profesionalnya.
Resep ramen yang dibuatnya juga bukan dipelajari secara asal pilih saja. Selig rela pergi ke Jepang demi belajar pribadi di negara asal ramen untuk menyuguhkan mie yang kenyal dan kuah kaldu yang oishii.
Keunikan lainnya, ramen yang dijual oleh Selig ini sengaja tidak dihadirkan dalam bentuk siap santap. Para konsumen mesti menenteng pulang sekantung ramen tersebut dan memanaskannya di atas kompor.
Mereka mesti menyatukan mie dan kuah kaldu serta merebusnya sebentar sampai mie matang dan bumbunya meresap. Cara ini diakali oleh Selig untuk menyuguhkan mie yang segar terhadap konsumen dan mudah-mudahan mienya tidak terlampau lembek alasannya yakni terlalu Piawai Keuangan usang terendam kuah.